Secangkir kopi bukan dosa

5:22 PM

Saya bukan penggila kopi, iya saya tidak gila karena kopi. Tapi akhir-akhirnya, ah seperti biasa saya lama ngeh sih, baru menyadari jika hidupku terikat dengan kopi. Siapa yang tak mengenal minuman berkafein satu ini? Ada banyak yang menyukai dan tak sedikit juga tak menyenangi dengan beragam cara. Saya salah satu yang menyukai kopi dengan alasan dan keadaan tertentu. Kopi bukan sekedar penawar kantuk, karena bagi saya jika sudah mengantuk mau minum bergelas-gelas kopi hitam juga akan tidur. Dia teman, penawar, rekan yang mengerti partner, penyelamat kewarasan, sponsor nilai bagus, pencetus ide dan disukai anak tua.

Tak sedikit lho yang bertanya kenapa kamu suka minum kopi, kopi kan rasanya pahit dan tidak enak?
Bagi saya "Rasa pahit yang ada di kopi itu ada untuk mengingat dan merindukan bagaimana rasa manis yang sering terlupakan"
Jika dirunut, mengenal kopi terasa enak itu sejak SMA. Saat kecil, orang tua melarang anaknya untuk mencecap kopi, mereka khawatir tidak mudah tidur saat malam. Baru setelah SMA, saat kehidupan mulai keras *tsaaaah*, kala itu banyak sekali tugas-tugas dan ulangan-ulangan. Memaksa saya untuk tidur larut; bangun dini hari memaksa diri belajar; bangun lagi pagi hari mengejar matahari dan lonceng sekolah.

Waktu SMA dulu saya menemukan kenikmatan dari kopi karena manfaatnya. Dia hangat dan menemani saya saat belajar. Hei siapa sih yang tidak belajar saat SMA? Ulangan banyak, tugas juga banyak. Saya menemukan sela waktu titik fokus dan daya serap tinggi, sialnya saat malam hari.

Beranjak kuliah, kopi mulai menjadi candu. Layaknya candu, dicecap setiap hari. Kuliah waktu itu pas banyak tugas, saya bisa meminum total 7 gelas kopi dalam satu hari. Semua demi selesainya tugas dan masuk kelas pagi harinya. Sebagai mahasiswa desain tak afdol jika belum begadang dan tidak tidur, hanya kopi yang bisa menahan saya dari ketidakwarasan.

Makin ke sini mengurangi kopi, karena ingat lambung *maksudnya tiap minum kopi bawaannya lapar* dan umur juga kantong. Saya rindu rasa kopi, paling tidak segelas atau dua gelas seharilah. Meminum secangkir kopi bukan dosa juga. Ia menjaga saya tetap melek waktu pagi, menarik kesadaran biar bisa konsentrasi kerja. Menguap terus juga tidak baik untuk kelangsungan hidup *siapa tau ada yang masuk tanpa diundang pas nguap*.

Saya bukan tidak sadar resiko kebanyakan minum kopi. Selalu ada waktu di saat mulai menjauhi kopi, dipertemukan dengan cita rasa kopi yang menggugah selera. Ini bagaimana mau move on coba?

Itu tadi cerita ngalor-ngidul saya tentang kopi. Kamu sehari berapa gelas kopi?

You Might Also Like

0 comments

Powered by Blogger.

Press