Tatapan sang kucing
8:11 PM
Suatu sore di tangga rumah, hebatnya aku duduk di sana menyamankan diri dengan novel ditangan. Sore yang biasa, sangat biasa, menghabiskan waktu membaca novel tebal yang kemarin lusa aku pinjam. Seperti biasa saja si Bregos a.k.a toothless kucingku datang kepadaku. Dia mencari-cari kaki dan tanganku untuk menggaruk badannya yang gatal terus.
Kegiatan selanjutnya adalah memainkan kakiku agar dapat menggosok si kucing sembari tetap membaca novel. Kucing satu ini memang sangat hobi sekali mencari manusia untuk sekedar mengedar disekitar kaki atau tangan untuk mengais garukan. Dan dia sudah dapat membedakan mana itu tanganku dan mana tangan orang lain. Kalau sudah melihat tanganku dan jika dirasa tanganku cukup dalam jangkauannya maka dia akan mencakar (meraih dengan cakar) tangan cekingku untuk kemudian diarahkan ke muka kucing. Dia sama sekali bahkan tidak pernah melakukan itu kepada tangan adik-adikku atau orang lain.
Lalu...lalu ditengah kebiasaan menggaruk si kucing, seketika aku merasakan ada yang menatapku dengan sinis tepat dibelakang sisi kananku. Dan sumpah, kaget sekali, ternyata si Induk kucing yang ada di sana. Menatapku dengan pandangan menuduh-menghakimi-sinis kepadaku. Kornea matanya mengecil seperti layaknya mata kucing saat terkena sinar matahari. Tapi kali ini beda, kucing ini menatapku dengan tatapan kesal, menuduh dan sinis. Haduh sesaat aku merasa ngeri saat beradu pandang dengan kucing sendiri.
Mungkin kalo dijadikan seorang tokoh, aku akan menyamakannya dengan tokoh antagonis di sinetron-sinetron itu saat sedang murka dengan sasaran penganiayaannya. Dan akulah sasaran si kucing yang memang sudah sering mengalami perkelahian memperebutkan wilayah kekuasaan denganku. Tapi kali ini aku takut sama tatapan kucing sendiri, aduh pengecutnya aku, makin takut ketika matanya mengikuti kemana arah badanku bergerak. aha ha ha ha....serem.
Sepertinya si emak kucing ini memang marah kepadaku. Mungkin kalo bisa diterjemahkan dia tengah mengomel kepada majikannya yang hanya memberi sarapan kepadanya nasi dan telur orak-arik tanpa ikan asin kesukaannya dan sekarang dia masih sangat lapar hingga ingin mencakar si majikan. *betapa malang si majikan* *eh*
Tapi memang benar dan sadar benar aku kalo kucing ini masih kelaparan, juga kelima kucing lainnya. Maka mungkin tidak heran jika si Induk ini kesal melihat majikannya yang tidak memberinya ikan asin dan malah asik membaca novel terlebih lagi bersama kucing lain yang merupakan anaknya.
Sejenak aku merasa dihakimi oleh hewan peliharaan sendiri dan merasa menjadi majikan yang keji. Ah tapi sudah tertebus kok, ikan asin datang 3jam kemudian. *wakakakaka* sialnya kucing itu sedang tidak selera ikan asin dan malah ngidam tulang ayam atau daging lain yang tidak dicampur dengan nasi.
Ah... sudah sekian saja curhat saya tentang kucing dan tatapannya
Kegiatan selanjutnya adalah memainkan kakiku agar dapat menggosok si kucing sembari tetap membaca novel. Kucing satu ini memang sangat hobi sekali mencari manusia untuk sekedar mengedar disekitar kaki atau tangan untuk mengais garukan. Dan dia sudah dapat membedakan mana itu tanganku dan mana tangan orang lain. Kalau sudah melihat tanganku dan jika dirasa tanganku cukup dalam jangkauannya maka dia akan mencakar (meraih dengan cakar) tangan cekingku untuk kemudian diarahkan ke muka kucing. Dia sama sekali bahkan tidak pernah melakukan itu kepada tangan adik-adikku atau orang lain.
Lalu...lalu ditengah kebiasaan menggaruk si kucing, seketika aku merasakan ada yang menatapku dengan sinis tepat dibelakang sisi kananku. Dan sumpah, kaget sekali, ternyata si Induk kucing yang ada di sana. Menatapku dengan pandangan menuduh-menghakimi-sinis kepadaku. Kornea matanya mengecil seperti layaknya mata kucing saat terkena sinar matahari. Tapi kali ini beda, kucing ini menatapku dengan tatapan kesal, menuduh dan sinis. Haduh sesaat aku merasa ngeri saat beradu pandang dengan kucing sendiri.
Mungkin kalo dijadikan seorang tokoh, aku akan menyamakannya dengan tokoh antagonis di sinetron-sinetron itu saat sedang murka dengan sasaran penganiayaannya. Dan akulah sasaran si kucing yang memang sudah sering mengalami perkelahian memperebutkan wilayah kekuasaan denganku. Tapi kali ini aku takut sama tatapan kucing sendiri, aduh pengecutnya aku, makin takut ketika matanya mengikuti kemana arah badanku bergerak. aha ha ha ha....serem.
Sepertinya si emak kucing ini memang marah kepadaku. Mungkin kalo bisa diterjemahkan dia tengah mengomel kepada majikannya yang hanya memberi sarapan kepadanya nasi dan telur orak-arik tanpa ikan asin kesukaannya dan sekarang dia masih sangat lapar hingga ingin mencakar si majikan. *betapa malang si majikan* *eh*
Tapi memang benar dan sadar benar aku kalo kucing ini masih kelaparan, juga kelima kucing lainnya. Maka mungkin tidak heran jika si Induk ini kesal melihat majikannya yang tidak memberinya ikan asin dan malah asik membaca novel terlebih lagi bersama kucing lain yang merupakan anaknya.
Sejenak aku merasa dihakimi oleh hewan peliharaan sendiri dan merasa menjadi majikan yang keji. Ah tapi sudah tertebus kok, ikan asin datang 3jam kemudian. *wakakakaka* sialnya kucing itu sedang tidak selera ikan asin dan malah ngidam tulang ayam atau daging lain yang tidak dicampur dengan nasi.
Ah... sudah sekian saja curhat saya tentang kucing dan tatapannya
2 comments
waduh, jadi kayak di sinetron2 aja..;D
ReplyDelete:))
ReplyDeletewah kau belum pernah liat tu kucing sih :))