Peti Avara : Batang Bambu Hutan Taedusc
9:24 PMAvara sudah di kamarnya, lebih awal dari biasanya. Ia sudah mendekatkan diri dengan peti-nya. Ia sudah membuka petinya, menemukan lentera emas itu didalamnya. Tapi ternyata mantra itu tidak berfungsi saat matahari bersinar, jadi malam ini ia ingin mencoba petinya. Dengan mantab dia membuka peti dan berucap “flafa teateara no Avara”.
Sama seperti sebelumnya, cahaya-cahaya itu dating menyelubungi Avara lalu menempatkan dirinya di tengah hutan Taedusc. Sekali lagi. Kali ini ia berharap bertemu dengan Kakek Potecci, namun ia tak mendengar suara berima kapak sang kakek. Dirinya merasa agak aneh..ia tak bisa melihat tangannya, pandangan matanya luas memandang hutan dan telinganya dapat mendengar dengan sangat jelas.
Kali ini Avara berdiri didekat sungai, bayangan yang terpantul dari air sungai itu bukan dirinya namun seekor hewan berkaki empat yang pernah ia lihat di kebun binatang. Kata sang ibu nama hewan itu adalah kancil. Avara berusaha mencari-cari piyama yg tadi ia kenakan di badan, yang ia temui adalah bundel ekor kancil dan bulu sepanjang badan.
Gawat! Avara berubah jadi kancil!
Ia yang sekarang telinganya sangat peka dapat mendengar segala isi hutan. Serangga dan suara daun kering yang diinjak hewan lain. Penciuman Kancil Avara pun sangat tajam, ia mencium bau daun-daun segar dan itu sangat menggoda. Naluri Kancil-nya muncul. Avara mendekati daun-daun. Ini mirip daun kangkung, tapi naluri kancilnya memaksa Avara makan karena lapar. Avara berfikir jika rasa sayur itu sangat tidak enak, tapi ternyata tidak..daun kangkung di lidah kancil ini sangat enak. Sejenak ia menikmati acara makan dan melupakan dirinya adalah kancil.
“Wah, kamu bisa menemukan kangkung! Ini keren!” tiba-tiba suara lain datang. Itu adalah seekor kancil lain bersama dua orang teman kancilnya.
“Si..siapa kalian?” Tanya Avara tanpa berhenti mengunyah.
“Oh, aku Kofu. Ini Yun dan Yen. Kami kelaparan..kelelahan karena menghindari pemburu di hutan” kata kancil Kofu yang badannya lebih besar.
“Aku Avara” balas Avara “dan aku seharusnya manusia…bukan kancil” terang Avara tiba-tiba. Ketiga kancil itu hanya menatap Avara dengan pandangan kaget.
“Oh..jangan bilang kamu datang kemari dengan mantra?” Tanya Yen, dijawab anggukan oleh Avara “Ini keren! Benar ada manusia yang datang dan berubah jadi kancil.”
“Ah dia tidak boleh ditemukan oleh pemburu. Pemburu ini memburu kancil karena ia percaya memiliki kancil dapat membuatnya menemukan timun-timun emas. Kalo menemukan Avara pasti dia akan lebih senang lagi” kata Yun.
“Dan ditambah menemukan kita bertiga” tambah Kofu. “maukah kamu membantu kami dari kejaran pemburu itu Avara? Aku akan mengantarmu ke daerah pohon bambu hutan Taedusc, disana kamu bisa kembali kewujud asalmu.”
Avara tentu tak akan menolaknya, ia sangat ingin kembali kebentuk asalnya. Maka ia setuju membantu kancil-kancil ini meloloskan diri, sebenarnya termasuk dirinya sendiri juga. “Bagaimana bentuk pemburu itu Kofu?” Tanya Avara
“ia mengenakan topi lancip dan pakaian berwarna terang…dan tentu membawa senjata yang mereka sebut senapan” kata Kofu
“Itu..seperti disana?” Tanya Avara yang menggibaskan kepala kearah persembunyian pemburu. “sttt jangan bergerak dulu. Kata ayahku kita harus pelan-pelan..kita harus tau kemana harus berlari. Kira-kira di sini ada tempat yang membuat pemburu itu tersesat tapi kalian tidak akan tersesat kah?”
“mak..maksudmu hutan berry… hutan yang ditakuti itu” kata Yun
“Dan pemburu itu tak pernah berani masuk ke sana” tambah Kofu
“Ayo. Kita berlari kesana.. lalu kalo sudah masuk didalamnya.. kita berpencar.. Kofu bersama aku jadi aku tidak akan tersesat” kata Avara..
“Ayoooooo” kata Yen dan Yun bersamaan. Mereka pun berlari dan sang pemburupun keluar dari persembunyian ketika melihat kancil-kancil kecil itu lari tiba-tiba. Empat kancil itu berlari bersamaan dan dikejar oleh seorang pemburu yang terkenal suka memburu kancil.
Mereka berlari menyebrangi sungai cetek, melewati padang berisi bunga liar, menembus barisan pohon-pohon pinus. Semakin jauh semakin padat pepohonannya..dan pemburu itu masih saja mengejar mereka sambil menembak meski selalu meleset.
Avara sendiri sebenarnya sangat takut, ia baru sekali ini emndengar suara senapan dan memasuki hutan dengan kecepatan seperti ini. Tapi tak ada pilihan, selalu tak ada pilihan, ia harus berlari atau dia ditangkap oleh pemburu itu.
“Avara!! Di depan itu kita akan masuk hutan berry.. aku akan memberi aba-aba kamu, ikuti aku ya…kita akan belok kanan setelah aba-aba” teriak Kofu
Didepan mereka memang hutan yang padat dengan pohon perdu yang tinggi. Sepertinya hutan berry inilah yang mereka maksud. Pemburu itu berkonsentrasi pada empat kancil yang lari berkelompok. Tiba-tiba mereka berpencar, satu ke kanan satu ke kiri. Menghilang dari pandangan pemburu dan menyisakan kebingungan karena ia baru sadar sudah berada di hutan berry. Hutan labirin penuh dengan berry.
Sementara itu Kofu dan Avara terus berlari, menyusuri hutan beri, berbelok ke kanan dan kiri. “Kita berhenti sebentar… Yen dan Yun akan datang dari arah lain” Kata kofu yang akhirnya berhenti di lapangan rumput kecil diantara pohon berry. Benar, Yen dan Yun datang dari arah lain.
“Hoooooooooo….idemu sangat kereeeeeeeen!” kaya Yun
“yeaaah” timpal Yen
“Sekarang ayo kita ke hutan Bambu Hutan Taedusc. Letaknya tepat dibelakan kita” kata Yun semangat.
Ternyata hutan itu tidak jauh, bahkan tinggal berbalik saja sudah sampai di hutan yang berisi bambu-bambu. Empat kancil itu masuk dengan mantab. “Avara, kamu coba pilih salah satu ranting bambu terdekat..tarik hingga putus. Tidak perlu yang besar” kata Kofu dan Avara pun mengikuti kata-kata Kofu. “dengan memakannya kamu akan kembali ke wujud aslimu”
Avara memandang batang bambu hutan Taedusc sepanjang ikat pinggang seragam sekolahnya. Avara pun memakannya, pertama daun-daunnya lalu batang kecilnya. Saat Avara sedang memakannya, ia tak sadar jika cahaya yang membawanya tadi kembali perlahan menyelubungi dirinya.
“Sampai jumpa lagi Avara” Kata Kofu
“dadaaaaaa” kata Yen dan Yun bersamaan.
Avara kembali ke dalam kamarnya dan masih mengunyah batang Bambu Hutan Taedusc. Sekarang ia tahu, dengan peti dan mantranya dapat membawa dirinya kedalam hutan Taedusc, dan itu tidak mimpi. Avara kembali menyusup diantara selimut sembari memeluk Batang Bambu Taedusc lalu tertidur.
1 comments
wah ceritanya bagus banget dengan karakter avaranya ya
ReplyDelete