versus Pengamen
10:30 PMDisiang hari yang terik, biasanya saya mengurung diri didalam kamar atau hanya berada di depan televisi [memelototi acara yang entah itu apa]. Biasanya jika hari tidak hujan, maka sayup-sayup akan terdengar suara yang lain dari biasanya. Bisa jadi itu motor atau…. Pengamen.
Pengamen, satu hal yang saya tidak mengerti, ini termasuk profesi atau bukan ya?? Macam-macam pengamen yang saya temui, baik yang mampir di rumah atau saya temui ditempat umum. Macam-macam juga yang mereka lakukan.
Ada yang hanya penggunakan “krecek” yang terbuat dari tutup botol+paku+kayu “cek ecek ecek ecek cek”. Dengan tipe pengamen ini, aku heran modalnya cuma itu, tanpa suara-tanpa ekspresi Cuma dengan alat itu dan tangan yang disodorin kearah kita. Terkadang dia menyanyi, tapi nggak jelas dan nggak niat nyanyinya….eeeeeeeeeeeee.
Ada juga yang menggunakan gitar, kalo yang ini ada dua tipe, yang asal genjreng atau yang mengerti kord. Saya senang menemui pengamen dengan gitar apapun yang mengerti kord, dan menyanyikan lagu seperti keroncong atau lagu lawas. Tapi paling kesal jika bertemu dengan pengamen yang asal genjreng saja, bahkan menyanyipun hampir mirip orang bersenandung…lirih sekali. Kalo ketemu tipikal yang asal genjreng ini, saya jadi sangat tidak ikhlas meski hanya melepas uang Rp. 100,- saja.
Ada pengamen dengan soundsystem. Yang ini biasanya dia ngeplay kaset saja, tapi modalnya gede lah, rada ikhlas memberinya. Ada juga yang ditambah baju reog dan topeng dipertunjukan reog [jelas bukan yang guedee itu]. Kadang ada yang berdandan kaya sinden.
Hm, yang paling booming adalah tipe ini, mengamen dengan pralon. Mungkin terinspirasi dengan akustikan atau perkusi barang bekas, jadi mereka memakainya. Efeknya adalah tiga orang yang ngamen tapi suaranya seperti diserbu 100 orang, sangat rameeeeee. Biasanya Cuma “gejendang jendung” saja, kalo toh mereka ada yang menyanyi, mohon maaf mereka biasanya menyanyi lagu melayu. Kalau kata teman lagu-lagu Inbox [acara disalah satu stasiun televisi yang isinya band-band]. Saya sebagai orang yang bukan pecinta lagu genre melayu merasa terganggu, apa lagi lagunya samaaaaa, dari pengamen satu ke pengamen lainnya.
Sebenarnya bukan salah pengamen sih, hanya saja mereka berbenturan dengan mood saya saja. Pengamen ada yang niat banget [totalitas melakoni sumber penghasilan mereka] atau yang asal saja. Memang rezeki itu ada yang mengatur, pengamen mungkin salah satu mata pencaharian bagi sebagian orang, saya tidak ingin merendahkan atau bagaimana. Tapi terkadang rasa jengkel ini mudah menyeruak ketika ketemu dengan yang maen asal ngamen.
Polusi Udara, menurut saya. Apalagi jika bertemu yang sudah tidak niat ngamennya, diberi uang Rp. 200,- atau Rp. 100,- malah balik memaki. [serasa pengen menggencet orang itu dipintu] 1juta jika kurang Rp. 100,- juga bukan 1juta namanya kan. Saya rasa itu sepadan kok, sebagai konsumen saya tidak merasa perfume mereka bagus, masih mending aku kasih uang kan. Haaaaah bagaimanapun pengamen itu nyata adanya, mau saya sejengkel atau sekeras apapun juga mereka tetap eksis [horor kalo ketemu pengamen muka preman].
Saya jadi punya ide. Kalau bertemu pengamen dengan criteria : nyanyi lagu standar pengamen, nyanyi nggak niat, nyanyi nggak jelas, masih muda, masih segar, masih bisa jadi kawanan pendemo anarkis. Sekali-kali saya mau membayar mereka lebih Rp. 2000,- asal mereka mau mengganti lagu mereka. Saya tak mungkin memaksakan mereka menyanyi lagu berbahasa Inggris, Jepang atau Korea seperti lagu yang biasa saya dengar, maka saya akan meminta mereka menyanyikan lagu
A N A K – A N A K
Biar beda, dan saya suka mendengarnya, lucu juga dilihat, perfomance mereka pasti memiliki point of interest yang bagus. Bayangkan saya, pengamen muda itu harus menyanyi lagu seperti : Bintang Kecil, Pelang-Pelangi, Balonku, Becak, atau Tamasya. Ah…pasti saya akan sangat Ikhlas memberi lebih kepada mereka.
Ya kan? :))
19 comments
klo aku ngamen di blog ini dikasih duit berapaan :P
ReplyDeletekalau lagu cicak-cicak didinding pasti lebih mahal banyarannya
ReplyDelete@annosmile ...aduh berapa ya...aku kasih ucapan terimakasih saja gimana???
ReplyDelete@rudis... kenapa bisa lebih mahal?
saya juga risih sama pengamen....
ReplyDeleteWah, lama tak berkunjung, riuusa udah ganti tampilan blog ya.
ReplyDeleteHahaha. Artikel yang bagus. Lebih bagus memang pengamen yang seperti musisi jalanan. Kalo yang ini mereka pantas dibayar mahal.
Oya, sisan follow twittermu ya
@bang ciwir, hekekeke...jangan2 dikau ikutan joget nih mas.... :D
ReplyDelete@indra, iya lama ga berkunjung ...xixixix...
yah, kalo yang seperti itu sih mau bayar banyak tuh ikhlas
ikhlas gak bersyarat.... :D
ReplyDeletewah kalo aku tak suruh nyanyi lagu campursari aja lah
ReplyDelete@vemupzka ah yang nyanyi campur sari udah jarang ya... :D bagus itu, tingkat kesulitan juga tinggi =))
ReplyDelete@choiri auw....tapi kalo pengamen... hmmmm
kok belum ada yang baru ....
ReplyDeletemisi, tante, numpang ngamen...
ReplyDeleteaku tak mau, kalo aku dimadu..,, jeng jeng..,, :D
misi mbak numpang ngamen. eh enggak ding numapng bw.
ReplyDeleteBlognya bagus banget disainnya mbak!!.
Salam Kenal Ya!!
iya yah
ReplyDeleterasanya ga pernah liat pengamen nyanyiin lagu anak2
tapi kalo mau OOT, bicara lagu anak2, anak2 jaman sekarang pun nyanyinya top40 lagu dewasa
gmn dunk :D
salam kenal
kadang risih sama pengamen..
ReplyDeletetapi juga ga sedikit pengamen yang ramah sama orang2,,,
@rudis >>> sabar, kan nunggu mood
ReplyDelete@el-Ro >>>> lempar receh :))
@Andrik Sugianto >>> salam kenal mas, terimakasih, tapi ini cuma nyomot desain orang :))
@depz >>> maka itu kan harusnya dimulai, galakkan lagu anak-anak :D
ReplyDelete@ndaa >>> itu dia :D
hmmm.. jadi inget masa muda dulu
ReplyDeleteNgamen buat nyari dana tambahan acara baksos :D
@aris.... walah jaman dulu ya mas :P
ReplyDeletewah,kalo orang ngamen, kalo ada receh aja paling gw kasih,, tapi seru juga tuh kalo nyanyi lagu anak2
ReplyDelete