Cerita Mudik : Pulang Kampung Dulu
5:01 PM
Mudik!! Migrasi besar-besaran manusia di Indonesia kala lebaran tiba juga jadi momen pas saya pulang ke kampung halaman tercinta di Solo. Setelah melang-lang buana menjelajah kerasnya Jakarta, akhirnya tiba waktu kembali menikmati kota kelahiran. Mudik memerlukan banyak persiapan dan pastinya banyak cerita dalam perjalanan dan selama melakoninya. Kalau di tulisan ini, saya mau berbagi cerita mengenai masa menuju kota kelahiran. Agak bodoh tapi mohon dimaklumi ya :)
Tahun ini jadi yang kedua kali menjalani ritual besar bersama rekan seperjalanan. Memulai mencari tiket pulang kampung dari berbagai moda transportasi yang ada sejak 4-3bulan sebelumnya. Ternyata dalam masa mencari pun kami harus bersabar dan merelakan berbagai hal. Seperti tidak mendapatkan tiket pulang impian kami, pesawat. Namun berhasil dengan sukses dapat tiket pulang menggunakan kereta api. Harga, jangan berpikir mendapatkan tarif normal ya, meski ini masih murah dibanding jika tidak dapat sama sekali.
Tidak ada persiapan khusus sebenarnya untuk mudik kali ini selain cukup istirahat. Yang paling memakan tenaga adalah masalah berberes atau packing. Untuk masa berbenah dan memilah baju atau barang apa saja yang harus dibawa kali ini saya sudah cukup berpengalaman. Jelas tidak perlu membawa benda-benda tidak perlu seperti boneka unyu jika bepergian menggunakan tas ransel seperti yang saya lakukan.
Tas ransel sebesar koper kecil ternyata tak mampu menampung dengan cantik semua barang yang saya butuhkan. Padahal sudah dipilah dengan baik dan benar, mungkin karena saya perempuan jadi seminim-minimnya barang bawaan tetap saja banyak. Percobaan pertama adalah satu kassa bag dan tas ransel full dengan membuka kapasitas tambahannya. Dalam percobaan yang dilakukan semalam sebelumnya saya mendapati sebuah kecelakaan kecil, jatuh terjengkang, saat pertama mencoba tas ransel. Sebuah kejadian memalukan yang untungnya cuma saya sendiri saat itu. Hasil akhirnya, tas ransel kapasitas normal dan dua kassa bag, crentelannya banyak ya.
Kebetulan waktu berangkat, kami berdua harus menuju Bandung terlebih dahulu baru dilanjutkan bertolak ke Solo. Jalanan Jakarta pagi hari memang sangat lengang, naek metromini pun leluasa. Perjalanan menuju blok M, saya membayar untuk dua penumpang, agar tidak ada orang yang duduk di sebelah saya dan menyingkirkan barang bawaan. Menuju stasiun Gambir melalui Blok M dengan TransJakarta sebenarnya relatif aman, kecuali bagian tas ransel saya nabok orang waktu saya hendak duduk.
Gambir, merupakan cerita sendiri selama berada di stasiun besar ini. Saya harus menunggu rekan saya Zul yang masih ada diperjalanan dengan commuter-line. Kondisi stasiun Gambir saat itu cukup ramai, saya pertamanya heran mengapa banyak orang bergelimpangan di lobi masuknya. Belakangan baru diketahui itu terjadi karena penumpang dilarang masuk jika jadwal keberangkatannya masih lenih dari 1,5jam, mungkin untuk meminimaliris penumpukan. Tapi numpuk juga di lobi.
Saya pun akhirnya ikutan numpuk di sana karena tiket masih dibawa rekan seperjalanan. Mungkin ini sedikit bodoh, saya memilih tempat yang tidak jadi favorit orang menunggu. Di samping tempat sampah sebrang coffee shop. Goler-goler di sudut itu sejenak, karena saya yakin tak akan ada yang mau mendekat juga.
Ketika teman saya sudah datang, maka kami segera mengantri. Dalam antrian yang sedikit semrawut ini, bisa-bisanya teman saya melakukan hal iseng, menarik tas. Untung saja tidak sampai jatuh meski hilang keseimbangan. Bisa bayangkan jika saya jatuh, itu akan jadi komedi tersendiri yang bisa dia sebar luaskan kepada teman-teman kami di Solo nantinya.
Perjalanan ke Bandung tidak ada banyak hambatan, kecuali kereta datang terlambat dan berjalan cukup lambat. Kereta Eksekutif memang nyaman! Setibanya di Bandung, saya sih memilih istirahat (tidur dengan posisi ringsek ke tas ransel). Stasiun Bandung waktu itu pintu masuk tengahnya sedang diperbaiki (diplamir), sempat bingung mencari pintu keluar yang ternyata ada di ujung. Jika Anda kebetulan bepergian sore hari kala puasa dan waktu dalam kereta masuk masa buka, sebaiknya mempersiapkan perbekalan.
Kami berdua mempersiapkan perbekalan cukup heboh, kalap. Ke kalapan membeli cemilan diimbangi juga dengan membeli makanan cepat saji. Memutuskan membeli makanan cepat saji yang ada karena selain dia cepat tersaji juga cepat dimakan. Kepraktisan itu perlu dipertimbangkan ketika memilih makanan lho. Jangan sampai makanan bercecer dan susah dibersihkan apalagi basah karena transportasi jalannya tidak mulus.
Perjalanan ke Solo terbilang lama, karena molor sekitar 3jam dari jadwal kedatangan di stasiun Balapan. Selama mudik itu jika bisa Anda juga bersama dengan rekan yang tidak repot. Kerepotan akan menghambat perjalanan. Pastikan juga salah satu rekan Anda itu bisa jadi juru bicara, karena siapa tau akan terserang sindrom jangkrik selama perjalanan. Kalau ada yang lancar ngomong maka akan ada yang berbicara bercakap-cakap selama 1-2jam perjalan awal dan akhir, meski itu cuma nggosip sih.
Satu lagi, saya selalu membawa masker dari kain ketika perjalanan jauh. Apalagi jika masa traveling itu melalui waktu malam atau tubuh kelelahan. Kebetulan selain bisa menahan debu masuk, ia juga menghangatkan ujung hidung bagi Anda yang tidak tahan dingin. Selain itu masker juga bisa menutupi rasa malu jika Anda ngiler. Fungsi lain dari masker selama perjalanan juga dapat meredam suara ngorok dasyat Anda jadi cukup enak didengar.
OKE, sudah panjang. Itu tadi cerita perjalanan menuju Solo. Lanjut lainnya ya :))
Tahun ini jadi yang kedua kali menjalani ritual besar bersama rekan seperjalanan. Memulai mencari tiket pulang kampung dari berbagai moda transportasi yang ada sejak 4-3bulan sebelumnya. Ternyata dalam masa mencari pun kami harus bersabar dan merelakan berbagai hal. Seperti tidak mendapatkan tiket pulang impian kami, pesawat. Namun berhasil dengan sukses dapat tiket pulang menggunakan kereta api. Harga, jangan berpikir mendapatkan tarif normal ya, meski ini masih murah dibanding jika tidak dapat sama sekali.
Tidak ada persiapan khusus sebenarnya untuk mudik kali ini selain cukup istirahat. Yang paling memakan tenaga adalah masalah berberes atau packing. Untuk masa berbenah dan memilah baju atau barang apa saja yang harus dibawa kali ini saya sudah cukup berpengalaman. Jelas tidak perlu membawa benda-benda tidak perlu seperti boneka unyu jika bepergian menggunakan tas ransel seperti yang saya lakukan.
Tas ransel sebesar koper kecil ternyata tak mampu menampung dengan cantik semua barang yang saya butuhkan. Padahal sudah dipilah dengan baik dan benar, mungkin karena saya perempuan jadi seminim-minimnya barang bawaan tetap saja banyak. Percobaan pertama adalah satu kassa bag dan tas ransel full dengan membuka kapasitas tambahannya. Dalam percobaan yang dilakukan semalam sebelumnya saya mendapati sebuah kecelakaan kecil, jatuh terjengkang, saat pertama mencoba tas ransel. Sebuah kejadian memalukan yang untungnya cuma saya sendiri saat itu. Hasil akhirnya, tas ransel kapasitas normal dan dua kassa bag, crentelannya banyak ya.
Kebetulan waktu berangkat, kami berdua harus menuju Bandung terlebih dahulu baru dilanjutkan bertolak ke Solo. Jalanan Jakarta pagi hari memang sangat lengang, naek metromini pun leluasa. Perjalanan menuju blok M, saya membayar untuk dua penumpang, agar tidak ada orang yang duduk di sebelah saya dan menyingkirkan barang bawaan. Menuju stasiun Gambir melalui Blok M dengan TransJakarta sebenarnya relatif aman, kecuali bagian tas ransel saya nabok orang waktu saya hendak duduk.
Gambir, merupakan cerita sendiri selama berada di stasiun besar ini. Saya harus menunggu rekan saya Zul yang masih ada diperjalanan dengan commuter-line. Kondisi stasiun Gambir saat itu cukup ramai, saya pertamanya heran mengapa banyak orang bergelimpangan di lobi masuknya. Belakangan baru diketahui itu terjadi karena penumpang dilarang masuk jika jadwal keberangkatannya masih lenih dari 1,5jam, mungkin untuk meminimaliris penumpukan. Tapi numpuk juga di lobi.
Saya pun akhirnya ikutan numpuk di sana karena tiket masih dibawa rekan seperjalanan. Mungkin ini sedikit bodoh, saya memilih tempat yang tidak jadi favorit orang menunggu. Di samping tempat sampah sebrang coffee shop. Goler-goler di sudut itu sejenak, karena saya yakin tak akan ada yang mau mendekat juga.
Ketika teman saya sudah datang, maka kami segera mengantri. Dalam antrian yang sedikit semrawut ini, bisa-bisanya teman saya melakukan hal iseng, menarik tas. Untung saja tidak sampai jatuh meski hilang keseimbangan. Bisa bayangkan jika saya jatuh, itu akan jadi komedi tersendiri yang bisa dia sebar luaskan kepada teman-teman kami di Solo nantinya.
Perjalanan ke Bandung tidak ada banyak hambatan, kecuali kereta datang terlambat dan berjalan cukup lambat. Kereta Eksekutif memang nyaman! Setibanya di Bandung, saya sih memilih istirahat (tidur dengan posisi ringsek ke tas ransel). Stasiun Bandung waktu itu pintu masuk tengahnya sedang diperbaiki (diplamir), sempat bingung mencari pintu keluar yang ternyata ada di ujung. Jika Anda kebetulan bepergian sore hari kala puasa dan waktu dalam kereta masuk masa buka, sebaiknya mempersiapkan perbekalan.
Kami berdua mempersiapkan perbekalan cukup heboh, kalap. Ke kalapan membeli cemilan diimbangi juga dengan membeli makanan cepat saji. Memutuskan membeli makanan cepat saji yang ada karena selain dia cepat tersaji juga cepat dimakan. Kepraktisan itu perlu dipertimbangkan ketika memilih makanan lho. Jangan sampai makanan bercecer dan susah dibersihkan apalagi basah karena transportasi jalannya tidak mulus.
Perjalanan ke Solo terbilang lama, karena molor sekitar 3jam dari jadwal kedatangan di stasiun Balapan. Selama mudik itu jika bisa Anda juga bersama dengan rekan yang tidak repot. Kerepotan akan menghambat perjalanan. Pastikan juga salah satu rekan Anda itu bisa jadi juru bicara, karena siapa tau akan terserang sindrom jangkrik selama perjalanan. Kalau ada yang lancar ngomong maka akan ada yang berbicara bercakap-cakap selama 1-2jam perjalan awal dan akhir, meski itu cuma nggosip sih.
Satu lagi, saya selalu membawa masker dari kain ketika perjalanan jauh. Apalagi jika masa traveling itu melalui waktu malam atau tubuh kelelahan. Kebetulan selain bisa menahan debu masuk, ia juga menghangatkan ujung hidung bagi Anda yang tidak tahan dingin. Selain itu masker juga bisa menutupi rasa malu jika Anda ngiler. Fungsi lain dari masker selama perjalanan juga dapat meredam suara ngorok dasyat Anda jadi cukup enak didengar.
OKE, sudah panjang. Itu tadi cerita perjalanan menuju Solo. Lanjut lainnya ya :))
0 comments