Malam NEMLIKURAN.....
SMKI malam itu mungkin ramai dengan orang yang sengaja berdiri dan berada disekitarnya
untuk melihat apa yang menyebabkan berdirinya 'Tratak' didepan pendhopo. Acara yang
biasa diadakan tiap satu bulan sekali itu sangat berkesan ketika memperingati hari lahirnya
kelima sejak pertamakali dicetuskan sebagai sebuah acara apresiasi Seni dan Budaya. Acara
nemlikuran malam itu nampak meriah, meski dengan pencahayaan yang minim namun
masih sanggup menarik minat warga sekitar dan para penimat seni untuk berbondong ke
Sekolah tari itu.
Hari itu, BENGAWAN mendapat kesempatan untuk dapat menikmati acara seni itu. Hmmm,
sepertinya peminat seni memang sedikit, sepertinya juga orang yang peduli dengan seni
juga sedikit ya..atau itu hanya sebatas pikiran Saya saja ketika yang saya lihat orang yang
datang sedikit. Mungkin itu hanya Su'udzon saya. Hanya 4 anggota Bengawan saja yang
hadir malam itu (yang saya ketahui).
Terlepas dari itu, saya mau mengomentari mengenai acara malam itu.
Saya datang sendirian sebelum saya bertemu dengan tiga orang anggota Bengawan lainnya
(Blontank, Panjoel, dan Hasssan). Seperti acara seni yang biasanya saya datangi, tempat itu
ramai dengan orang yang sangat antusias dengan acara itu, yang jelas adalah warga seni
yang saya tidak kenal sama sekali (seperti biasanya). Namun toh niat saya adalah melihat
acara seni (maklum banget, saya sudah lama sekali tidak melihat acara seni) jadi yah
dengan niat 100% pede banget dan muka tebal sekali saya berjalan melewati kerumunan
orang-orang itu.
Hmmm, saya sendiri sangat antusias ingin tahu acaranya (saya baru ingat jika teman saya
pernah bilang acara itu di adakan satu bulan sekali oleh ayahnya). Tiga Bulan Lebih saya
tidak melihat acara seni. Mungkin ketika saya melontarkannya anda akan sangat tidak
percaya jika saya suka dengan seni. Ini bukan omong kosong, saya juga tidak mau
menghianati omongan saya sendiri (warga solo harus peduli dengan budayanya sendiri),
karena saya pernah bilang 'tidak perlu setiap hari menggunakan batik, tidak perlu menjadi
ahli seni untuk menunjukkan aku perduli dengan budaya solo' maka saya pun memulai
dengan hal yang sangat sederhana. Cukup sering menggunakan batik (tidak setiap hari
hahahah batik yang saya punya juga cuma dikit) dan yang jelas menonton acara seni.
Seorang pernah mengatakan kepada saya jika wawasan itu bisa didapat dimana saja,
cobalah tengok pameran atau pertunjukan seni dan jangan hanya berkutat di satu ruang
saja.
Jadilah saya begitu senang melihatnya, bayangpun saya sudah lama tidak melihat
pertunjukan seni, dan mulai haus akan seni.
Kembali ke acara itu (mohon maaf jika tidak ada foto...karena ga punya kamera), tak
banyak yang dipersiapkan. Hanya tenda/traktak saja dan kursi. Saya datang ketika acara
sudah dimulai (untung cuma awal, jadi tak merasa terlambat). Disana yang jelas MASUK
GRATIS. Tata lampunya masih sama seperti tata lampu yang digunakan tiap kali pendhopo
itu digunakan. Orang-orang sudah memenuhi kursi yang disediakan didepan pendhopo
dibawah tenda itu, dan bahkan ada yang duduk di tepian pendhopo agar mereka bisa
melihat lebih jelas dan dekat. Diantara yang duduk di kursi itu nampak sepertinya
pejabat....yah orang-orang pentinglah. Berada di antara manusia yang duduk bersimpuh itu
adalah anak-anak yang masih sangat muda dengan antusias menonton pertunjukan itu.
yap, anak kecil. Saya melihatnya, mereka begitu antusias (hmmm anak mudanya mana aja
nih...saya rasa seni tidak hanya harus dinikmati oleh penikmat dari kalangan seniman saja).
Lalu saya bertemu Pak BHE, yah di Hik timur itu. View nya enak banget didepan pendhopo
sekaligus panggungnya. Berbincang sejenak sebelum acara benar2 diresmikan dibuka.
Hmmm, datang juga orang dari pemerintahan yang ikut dalam pembukaannya.
wakakkaakak...saya baru ingat jika yang namanya Pak Daryono adalah ayah teman
saya...tadi saya tak sadar jika ia didepan saya, baru saya tahu itu beliau ketika ia naik
menerima tumpengnya.
hmmm, dengan pencahayaan sederhana itu saya akui acaranya sangat menghibur.
Disuguhi tarian topeng yang di tarikan seorang dari Malang (sangat menarik bagi saya,
soalnya saya belum pernah lihat...wkakakakakaa) yang lebih membuat kaget adalah dia
menari begitu luwesnya seperti perempuan padahal dia cowok....hmmm bapaknya yang
nari di akhir pertunjukkan membagikan topeng(kaya kaca mata kain) kepada
penonton...hedeh ternyata belum kelar..dengan pede beliau menarik bapak2 pejabat yang
memakai kacamata kain itu untuk mengikuti gerakannya menari di panggung...
yang selanjutnya adalah tarian amuk...yang dimainkan oleh dua orang penari, anoman
ya...hehehe..ini benar2 tarian alus banget, musik yang mengalun pun halus
sekali...hedeh..sembari menikmati teh anget dan berbincang dengan anggota bengawan
sesekali melirik disana (maklum saya dari tadi berdiri..jadi leyeh2 dulu pas tarian ini). Tapi
dari kejauhan (haduh dasar mata ini blur) saya jadi menyesal tidak melihat dari dekat, keren
booooo....ah sial kaki sudah pegal ni.
lanjut ke parodi Rewangan yang dimainkan 4orang wanita. hmmm adalah bumbu segar
diakhir pertunjukan. kali ini saya sempatkan untuk menatap dari dekat meski dengan
berdiri namun cukup mengocok peruut saya dengan banyolannya itu. Sumpah saya
Nguakak!!! mereka bener2 luwes sekali..hahahahaha...sesekali berkomunikasi dengan
audience yang menahan tawa mereka ketika disuguhi banyolan yang lucu itu. hmmm
pertunjukkan terakhir sangat menghibur dan membuatku tertawa terpingkal-pingkal.
diakhiri dengan gerakan tarinya....
hedeh, saya ga menyesal nih ikut. Seperti biasa, ketika melihat pertunjukkan seni maka tak
pernah anda akan rugi karena anda akan mendapat satu manfaat didalamnya. apa itu...
saya bisa tertawa ngakak, saya juga mengenal seorang baru (nambah kenalan), saya
merasa refresh lagi, Saya merasa rasa kekurangan melihat pertunjukan seni saya
berkurang, saya merasa menikmati tanggal 26 itu dengan santai dan bermanfaat.
Sampai jumpa di tanggal 26 lagi...hmmm entah saya bisa datang atau tidak.
Terimakasih untuk bengawan yang membuat saya datang di acara Nemlikuran ini.
wekekekee
peace ah....
SMKI malam itu mungkin ramai dengan orang yang sengaja berdiri dan berada disekitarnya
untuk melihat apa yang menyebabkan berdirinya 'Tratak' didepan pendhopo. Acara yang
biasa diadakan tiap satu bulan sekali itu sangat berkesan ketika memperingati hari lahirnya
kelima sejak pertamakali dicetuskan sebagai sebuah acara apresiasi Seni dan Budaya. Acara
nemlikuran malam itu nampak meriah, meski dengan pencahayaan yang minim namun
masih sanggup menarik minat warga sekitar dan para penimat seni untuk berbondong ke
Sekolah tari itu.
Hari itu, BENGAWAN mendapat kesempatan untuk dapat menikmati acara seni itu. Hmmm,
sepertinya peminat seni memang sedikit, sepertinya juga orang yang peduli dengan seni
juga sedikit ya..atau itu hanya sebatas pikiran Saya saja ketika yang saya lihat orang yang
datang sedikit. Mungkin itu hanya Su'udzon saya. Hanya 4 anggota Bengawan saja yang
hadir malam itu (yang saya ketahui).
Terlepas dari itu, saya mau mengomentari mengenai acara malam itu.
Saya datang sendirian sebelum saya bertemu dengan tiga orang anggota Bengawan lainnya
(Blontank, Panjoel, dan Hasssan). Seperti acara seni yang biasanya saya datangi, tempat itu
ramai dengan orang yang sangat antusias dengan acara itu, yang jelas adalah warga seni
yang saya tidak kenal sama sekali (seperti biasanya). Namun toh niat saya adalah melihat
acara seni (maklum banget, saya sudah lama sekali tidak melihat acara seni) jadi yah
dengan niat 100% pede banget dan muka tebal sekali saya berjalan melewati kerumunan
orang-orang itu.
Hmmm, saya sendiri sangat antusias ingin tahu acaranya (saya baru ingat jika teman saya
pernah bilang acara itu di adakan satu bulan sekali oleh ayahnya). Tiga Bulan Lebih saya
tidak melihat acara seni. Mungkin ketika saya melontarkannya anda akan sangat tidak
percaya jika saya suka dengan seni. Ini bukan omong kosong, saya juga tidak mau
menghianati omongan saya sendiri (warga solo harus peduli dengan budayanya sendiri),
karena saya pernah bilang 'tidak perlu setiap hari menggunakan batik, tidak perlu menjadi
ahli seni untuk menunjukkan aku perduli dengan budaya solo' maka saya pun memulai
dengan hal yang sangat sederhana. Cukup sering menggunakan batik (tidak setiap hari
hahahah batik yang saya punya juga cuma dikit) dan yang jelas menonton acara seni.
Seorang pernah mengatakan kepada saya jika wawasan itu bisa didapat dimana saja,
cobalah tengok pameran atau pertunjukan seni dan jangan hanya berkutat di satu ruang
saja.
Jadilah saya begitu senang melihatnya, bayangpun saya sudah lama tidak melihat
pertunjukan seni, dan mulai haus akan seni.
Kembali ke acara itu (mohon maaf jika tidak ada foto...karena ga punya kamera), tak
banyak yang dipersiapkan. Hanya tenda/traktak saja dan kursi. Saya datang ketika acara
sudah dimulai (untung cuma awal, jadi tak merasa terlambat). Disana yang jelas MASUK
GRATIS. Tata lampunya masih sama seperti tata lampu yang digunakan tiap kali pendhopo
itu digunakan. Orang-orang sudah memenuhi kursi yang disediakan didepan pendhopo
dibawah tenda itu, dan bahkan ada yang duduk di tepian pendhopo agar mereka bisa
melihat lebih jelas dan dekat. Diantara yang duduk di kursi itu nampak sepertinya
pejabat....yah orang-orang pentinglah. Berada di antara manusia yang duduk bersimpuh itu
adalah anak-anak yang masih sangat muda dengan antusias menonton pertunjukan itu.
yap, anak kecil. Saya melihatnya, mereka begitu antusias (hmmm anak mudanya mana aja
nih...saya rasa seni tidak hanya harus dinikmati oleh penikmat dari kalangan seniman saja).
Lalu saya bertemu Pak BHE, yah di Hik timur itu. View nya enak banget didepan pendhopo
sekaligus panggungnya. Berbincang sejenak sebelum acara benar2 diresmikan dibuka.
Hmmm, datang juga orang dari pemerintahan yang ikut dalam pembukaannya.
wakakkaakak...saya baru ingat jika yang namanya Pak Daryono adalah ayah teman
saya...tadi saya tak sadar jika ia didepan saya, baru saya tahu itu beliau ketika ia naik
menerima tumpengnya.
hmmm, dengan pencahayaan sederhana itu saya akui acaranya sangat menghibur.
Disuguhi tarian topeng yang di tarikan seorang dari Malang (sangat menarik bagi saya,
soalnya saya belum pernah lihat...wkakakakakaa) yang lebih membuat kaget adalah dia
menari begitu luwesnya seperti perempuan padahal dia cowok....hmmm bapaknya yang
nari di akhir pertunjukkan membagikan topeng(kaya kaca mata kain) kepada
penonton...hedeh ternyata belum kelar..dengan pede beliau menarik bapak2 pejabat yang
memakai kacamata kain itu untuk mengikuti gerakannya menari di panggung...
yang selanjutnya adalah tarian amuk...yang dimainkan oleh dua orang penari, anoman
ya...hehehe..ini benar2 tarian alus banget, musik yang mengalun pun halus
sekali...hedeh..sembari menikmati teh anget dan berbincang dengan anggota bengawan
sesekali melirik disana (maklum saya dari tadi berdiri..jadi leyeh2 dulu pas tarian ini). Tapi
dari kejauhan (haduh dasar mata ini blur) saya jadi menyesal tidak melihat dari dekat, keren
booooo....ah sial kaki sudah pegal ni.
lanjut ke parodi Rewangan yang dimainkan 4orang wanita. hmmm adalah bumbu segar
diakhir pertunjukan. kali ini saya sempatkan untuk menatap dari dekat meski dengan
berdiri namun cukup mengocok peruut saya dengan banyolannya itu. Sumpah saya
Nguakak!!! mereka bener2 luwes sekali..hahahahaha...sesekali berkomunikasi dengan
audience yang menahan tawa mereka ketika disuguhi banyolan yang lucu itu. hmmm
pertunjukkan terakhir sangat menghibur dan membuatku tertawa terpingkal-pingkal.
diakhiri dengan gerakan tarinya....
hedeh, saya ga menyesal nih ikut. Seperti biasa, ketika melihat pertunjukkan seni maka tak
pernah anda akan rugi karena anda akan mendapat satu manfaat didalamnya. apa itu...
saya bisa tertawa ngakak, saya juga mengenal seorang baru (nambah kenalan), saya
merasa refresh lagi, Saya merasa rasa kekurangan melihat pertunjukan seni saya
berkurang, saya merasa menikmati tanggal 26 itu dengan santai dan bermanfaat.
Sampai jumpa di tanggal 26 lagi...hmmm entah saya bisa datang atau tidak.
Terimakasih untuk bengawan yang membuat saya datang di acara Nemlikuran ini.
wekekekee
peace ah....