dinding itu...
11:21 PM
Dinding itu....
Warnanya sudah tak secerah dulu ketika aku pertama kali menyekakan cat ke bagian-bagiannya, mengubah warnanya yang gelap itu menjadi biru muda. Aku berharap dapat memandang luasnya langit dalam kamarku lewat batas-batas haluannya. Hasilnya memang tak semanis para ahli cat dimanapun, namun aku puas dengannya. Ia meneduhkan hatiku, menyambutku setiap kali aku merasa kesepian. Dia masih sama kokohnya seperti dulu. Ia juga sama dinginnya seperti pertama kali aku menyentuhnya.
Diantara haluan-haluannya aku menyelipkan segala harapku ternyata. Wajahnya sudah tak seindah dulu, aku merusaknya dengan pensil ketika emosiku meledak. Ia juga tak sepolos dulu lagi, aku sudah membuatnya makin penuh dengan barang-barang milikku. Mungkin ia merasa sakit ketika paku beton itu menusuk haluannya, mungkin ia menangis ketika aku menghilangkan bagian dirinya lalu tersapu bersama sampah.
Warnanya sudah tak secerah dulu ketika aku pertama kali menyekakan cat ke bagian-bagiannya, mengubah warnanya yang gelap itu menjadi biru muda. Aku berharap dapat memandang luasnya langit dalam kamarku lewat batas-batas haluannya. Hasilnya memang tak semanis para ahli cat dimanapun, namun aku puas dengannya. Ia meneduhkan hatiku, menyambutku setiap kali aku merasa kesepian. Dia masih sama kokohnya seperti dulu. Ia juga sama dinginnya seperti pertama kali aku menyentuhnya.
Diantara haluan-haluannya aku menyelipkan segala harapku ternyata. Wajahnya sudah tak seindah dulu, aku merusaknya dengan pensil ketika emosiku meledak. Ia juga tak sepolos dulu lagi, aku sudah membuatnya makin penuh dengan barang-barang milikku. Mungkin ia merasa sakit ketika paku beton itu menusuk haluannya, mungkin ia menangis ketika aku menghilangkan bagian dirinya lalu tersapu bersama sampah.